Kota yang Terkunci dari Dalam

oleh Deddy Arsya

Pintu-pintu dari baja
engsel-engsel besar
dan kunci-kunci dengan gembok berkarat
dinding berwarna coklat
lumut yang menjalar
dipisahkan oleh gang-gang
sunyi seketika menyergap
suara Anda lama bersipongang
seakan sedang berada dalam gua– atau Gulag?
ketika melihat keluar, betapa hidup terasa terpisah dari keriuhan
bioskop yang ramai, bank-bank berdiri megah
di depan melintang jalan raya yang sesak
kaki lima yang berbiak bagai kurap di kerampang!
kita bagaimana pulau terpencil, kata Anda,
di tengah lautan yang terputus hubungan
hotel-hotel baru, pusat-pusat pertokoan
perumahan orang kaya dan kelas menengah
merebak bagai wabah cacar dari abad yang lalu
kita bisu diam
di bawah atap
dilingkup dinding
alang-alang besi
ruyung-ruyung beton
yang somplak!

(Koran Tempo, 31 Oktober 2015 )

Leave a comment