Padri Penghabisan

oleh Deddy Arsya

Padri dari daratan tinggi
puntung api di tanganmu telah lama padam
maka aku mengunjungi kuburmu
ketika hujan sering turun
dan angin buruk berkesiur
di jalan setapak licin
anak-anak tangga menujumu penuh lumut
masa silam terbungkuk-bungkuk
kau datang dari abad ke-19
yang baru saja lewat
batu pipih
pokok pohon
tajam rudus
bayangan orang-orang berkuda
rumah-rumah para darwis yang terbakar
harum kopi dan akasia
pasar candu, lapak madat
gelanggang adu jago
yang kaurobohkan
para penghulu berapat
di balai adat yang hangus
terbakar…

tak henti-henti khotbah terkumandang
keadaan terlalu gawat untuk diubah

penghulu-penghulu tamak
datuk-datuk dibuai tuak!

Padri dari daratan tinggi
pedang-pedang telah henti berdentang
kabut menjalar sampai ke jenjang
aku katupkan giwang pada jaketku
kau ketatkan lilitan sorban pada lehermu
bunyi ketukan pada pintu, nyala bohlam berpendar
beku cuaca dalam kabut petang
sunyi menyergapku lebih cepat
aku terkurung dalam abad-abad silammu
yang datang bersiderap.

(Kompas, 22 November 2015)

Leave a comment